Pages

Story

Pada Suatu Hari ... 

     Indahnya ketika hati ini terjaga dan dijaga. Namun, masih dalam usia sekarang sepertinya, Hanifah, seorang mahasiswi 18 tahun jurusan psikologi di sebuah universitas negeri di jepang, hanya harus memastikan agar hatinya selalu terjaga. Ia hanya bisa memilih satu, yaitu terjaga atau menjaga. Ya Tuhan... yang Maha membolak-balikan hati. Bantu aku jaga hatiku. Ucap Hanifah dalam doa di setiap ibadahnya.

Pada Suatu Hati ... 

     Keramaian, kebisingan membuatnya tidak tenang. Ia harus lari dari keramaian. Namun, bukan berarti lari dari masalah. Ia harus lari dari keramaian untuk menenangkan hati juga pikirannya. Di situ, didekap dadanya oleh kedua tangannya untuk mendeteksi ia berdegup kencang atau justru mendayu. Baru saja ia bertemu dengan sesosok makhluk yang dapat mengoyakkan hatinya. Memang, ia tundukkan pandangannya. Namun, ingatan saat pertama kali melihatnya tak terlupakan. Kesal sekali! Tuhan.. kumohon, pudarkan nama itu, wajah itu, dari hatiku. tolong aku... Hanifah memohon kembali. Tak henti, tak absen setiap harinya untuk sebuah doa agar dikuatkan dirinya. Jika hatinya kuat, maka dirinya kuat. Jika tidak, maka ada yang salah dari ibadahnya, ada yang terlupa dari ibadahnya.
   
      Tuhan selalu mendengar doa hamba-Nya, namun ada dua kemungkinan yang bisa diterka oleh manusia, doa itu belum saatnya, atau doa itu diganti dengan yang lebih baik. Dan ternyata bagi Hanifah tidak untuk saat ini. Nama yang selama ini Hanifah panjatkan untuk dilupakan, justru selalu teringat dalam benaknya. Ia berpikir ulang, memutar otaknya, kenapa bisa-bisanya seluruh pikirannya kini penuh dengan laki-laki yang bernama Ren itu.
       
         Kejadian awalnya kira-kira seperti ini.
         
         "Hani-chan!".
         "Fuwari, dou (bagaimana)?"
      "Sepertinya kau bakal kewalahan kalau mengerjakan ini tanpa narasumber." Ucap Kinomoto Fuwari, sahabat Hanifah. Mereka pertama kali bertemu pada masa bimbingan mahasiswa baru Universitas Saiko. Hanifah mendapatkan beasiswa fully funded di Jepang, ia mengikuti beberapa beasiswa sejak dirinya kelas 2 Sekolah Menengah di Indonesia. Berkat usaha dan kerja kerasnya selama 2 tahun penuh mengejar beasiswa, kabar baiknya ia diterima dan malah mendapatkan beasiswa fully funded. Ketika terbang ke negeri sakura, ia mendapatkan fasilitas dorm / asrama, pembiayaan kuliah selama 4 tahun dengan syarat nilainya tidak boleh di bawah minimal yang ditetapkan, dan uang saku sebesar 115.000 yen per bulan. Dengan uang itu, menjalani kehidupan di Jepang tidak begitu mudah. Belum lagi tugas-tugas kuliah yang membutuhkan biaya diluar SPP. Hanifah benar-benar harus menghemat.

Ia kembali pada fokusnya.
      "Sayangnya aku tidak kenal siapa pun di luar jurusan psikologi. Fuwari kamu mengenal seseorang? Onegai (tolong), sarankan padaku."
             "etoo.. ah aku mengenal beberapa orang dari jurusan Filsafat, mereka teman dari SMA ku. Mau kukenalkan?"
            "Hoshii! (mau) aa tasukatta (syukurlah)! Arigatou (terimakasih) Fuwari!"
            "douitashimashite (sama-sama). Nanti selesai kuliah kita ke jurusannya ya."

Usai perkuliahan Hani dan Fuwari bergegas mengunjungi jurusan Filsafat untuk bertemu dengan kenalan Fuwari. Mereka telah membuat janji sebelumnya melalui line.

        "uwaah.. gedung Filsafat tidak sepenuh psikologi ya.. banyak taman-taman untuk duduk-duduk." Ucap Hani yang baru saja pertama kali menginjakkan kaki di gedung jurusan Filsafat.
        "Hahaha kamu terlalu polos, apa jangan-jangan kamu belum pernah ke gedung selain psikologi?" Fuwari menanggapi
        "eh.. i.. iya tebakanmu benar Fuwari. Tokorode (ngomong-ngomong), temanmu siapa namanya?"
        " Tachibana Ren. Tapi kamu jangan kaget ya."
        " Eh kenapa? ada apa dengannya?" Tanyanya penasaran.
      "Dia Ikemen* fufufu." Ujar Fuwari dengan sedikit meledek. "Waktu aku SMA, dia jadi pujaan seluruh siswi di sekolah. Setiap Tachibana-kun lewat, ia selalu diteriaki siswi seantero sekolah. aa Tachi-kun, tachi-kun!".

Ikemen adalah istilah untuk tipe pria tampan yang menjadi pujaan atau banyak disukai wanita jepang. Dengan kata lain, Ikemen berarti cowo ganteng.

    "aah.. tenang saja, aku sudah biasa menjaga hatiku. Agar tidak langsung terpana melihat Ikemen seperti itu. Soalnya.. kakakku adalah seorang fangirl. Dia selalu teriak-teriak di kamarnya tentang boygroup X lah atau Y." Hani tidak terkejut bahkan menjabarkan bagaimana dirinya menghadapi ikemen-ikemen lain.
       "Syukurlah aku bisa tenang hehe. Tapi ada rumor tentangnya." Fuwari mulai lagi dengan  informasinya. "Ia.. tidak pernah... berkencan dengan wanita!". Lanjutnya.
          "Ahh tidak bisakah kamu sarankan orang yang biasa-biasa saja? lagi pula itu hal yang bagus." Tukas Hani karna mendengar banyaknya hal yang harus ia waspadai.
           "Bukan begitu Hani-chan, kamu harus ta-... "         
           "Kinomoto Fuwari-san?"
Sosok Ikemen itu baru saja muncul dari belakang Hani dan Fuwari! Badan yang jangkung, kulit putih khas orang jepang, bola mata dan rambutnya coklat, perpaduan suaranya yang lembut dan gentel membuat kedua gadis itu menatapnya. Seketika itu juga ucapan Fuwari yang belum terselesaikan berhenti begitu saja. Angin dan kelopak bunga sakura datang berhembus entah dari mana datangnya. Jika dipakaikan backsound, adegan itu akan menggunakan lagu Kamu - Cowboy Junior, dimana seperti ada bidadari turun dari surga, namun ini berbentuk pria tampan! Aaah.. Tachibana Ren, entah dia malaikat berwujud manusia atau memang dia makhluk tampan yang Tuhan ciptakan, kini berdiri di hadapan kedua mahasiswi bengong tak berkedip.

       "Sumimasen (maaf), sepertinya saya salah orang." Ucap Ren sambil membungkukkan badan, meminta maaf.
Hani dan Fuwari menyadarkan diri mereka.
          "ah.. ha.. hai (betul), Kinomoto Fuwari-desu. Hisashiburi, (lama tidak bertemu) Ta..Tachibana-kun. Kamu masih ingat saya kan?" Fuwari masih terbata-bata karna terkesima melihat Ren setelah sekian lama.
          "Iya aku ingat, kau ketua kelas dari kelas C bukan?" Ren memastikan.
          "hahaha iya betul, dulu aku begitu berani menjadi ketua kelas." Dengan sifat friendly-nya, Fuwari dapat memecah kegugupannya sendiri. "Ohiya, ini teman yang saya ceritakan tadi, dia ingin kau menjadi narasumber untuk tugas penelitiannya"
         
Tibalah Hani memperkenalkan diri. Dagdigdug... Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Padahal ia bukan ingin presentasi atau melakukan sidang, ia hanya akan memperkenalkan dirinya.

          "Hajimemashite, Hanifah Safiyah-desu.. yo.. yoroshiku onegaishimasu!" Hanya sepatah kata itu yang muncul dari bibir mungilnya.
            "wahh kamu bukan orang jepang ya.. Hanifah-san?" Panggil Ren.
            Deg... Kembali suara degup jantung Hani mengalami percepatan.
          "ah.. ya, kau boleh panggil begitu. Bolehkah saya menjadikanmu narasumber untuk tugas saya? err.. ada beberapa hal yang harus saya tanyakan."
          "Boleh dengan senang hati. Tapi.. bagaimana ya.. sekarang saya ada kelas lagi, bagaimana kalau nanti kita atur waktu saja. Kinomoto-san, kamu boleh kasih nomer saya padanya."
           "ah.. iya " Jawab Fuwari.

Setelah pertemuan itu, seringkali wajah dan suara Ren terngiang dikepalanya. Ia begitu senang mendapatkan nomernya dari Fuwari. Tapi sedetik kemudian ia menyadarkan dirinya bahwa urusannya hanya sebatas pewawancara dan narasumber. Apa ini, bukankah ia bilang ia telah siap menjaga hatinya. Bukankah ia telah banyak menghadapi ikemen? Atau Tuhan sedang mengujinya?

Hanifah memang bukan orang yang religius, tetapi ia tahu. Seorang yang bukan mahram-nya tidak boleh sampai memenuhi pikirannya. Ia kembali teringat akan kata-kata Fuwari, "Ia tidak pernah berkencan dengan wanita." Apa maksudnya itu. Hani bertanya-tanya dalam hati, dan berniat untuk menanyakan pada Fuwari secepatnya.

Pada suatu siang... 

"Maksudmu, Tachibana-kun tidak pernah punya pacar?". Tanya Hani untuk meyakinkan. 
"he-eh.. makanya rumor itu beredar, karena siapa si yang tidak ingin menjadi kekasihnya? Karna banyak yang sudah menyatakan perasaannya tapi ditolak." Jelas Fuwari.
"Tapi.. dia.. tidak suka laki-laki kan?"
"EHH... hahahaha kamu lucu juga! ehh... Apa jangan-jangan, yang kamu omongin itu ... yaa aku belum bisa memastikannya sih.." Canda Fuwari pada sahabatnya. 
"Ih.. Fuwari!" 
"Hahahaha... Hani-chan kamu sudah bilang untuk menjaga hatimu lho.."

Pertemuan ke 2

Telepon genggamnya berdering. Sebuah pesan line diterimanya. Ia membaca, menggumamkan sesuatu. "Taman Seirin, jam 1 siang". Dikunci telepon genggamnya dengan menekan tombol di bagian sampingnya. Didekapnya telepon genggam itu. Ia pejamkan mata sebentar sambil menghela nafas, kemudian kembali pada aktivitasnya.

Tepat pukul satu siang, Hani telah duduk manis menikmati angin musim semi di Taman Seirin. Hembusan angin dan kelopak bunga sakura itu teringat lagi. Teringat bagaimana sosok laki-laki bernama Ren itu muncul untuk pertama kali di hadapannya. Ia tidak menyangka, sosok teman dari Fuwari itu begitu tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. "ah... bulu matanya panjang.. "

"Bulu mata siapa yang panjang?" Memecah renungan imajinasi Hanifah.
"Eh... EHHH... bu, bukan siapa-siapa". Wajahnya memerah, ia malu sekali gumaman imajinasinya didengar oleh yang diimajinasikan.

Sosok itu datang! Ren! Tachibana Ren! Kini berada berhadapan dengan Hani.
Taman Seirin berlokasi diantara gedung Filsafat dan Psikologi Universitas Saiko. Terdapat spot-spot nyaman untuk di duduki. Biasanya para mahasiswa Universitas Saiko datang bersama teman-temannya untuk sekedar menikmati bunga sakura, mengerjakan tugas, atau menyantap bekal mereka bak piknik! Hani memilih spot nyaman dan sejuk dekat danau namun tetap dapat menikmati bunga sakura, karena pohon sakura berjajar mengitari danau dan Taman Seirin.

"Hanifah-san, gomen (maaf), saya membuatmu menunggu lama". Ren dengan wajah bersalahnya.
"Ie (tidak), saya baru saja datang." Menarik senyum dengan sangat manis.

Hampir saja lupa dengan penggambaran peran utama.
Sosok Hanifah ialah seorang gadis berwarga negara Indonesia, namun keturunan Jepang. Sang Ayah adalah seorang warga negara Jepang yang bekerja sebagai translator Bahasa Jepang, dan Ibunya memiliki darah asli Indonesia. Tinggi badannya tidak semampai, tubuhnya tidak terlalu kurus untuk ukuran tinggi badan 162 cm dan berat bedan 45 cm. Rambutnya berwarna hitam sering diikat dengan penjepit rambut, tapi jika dibiarkan memiliki panjang dibawah bahu. Jika dilihat-lihat wajahnya mirip aktris jepang Minami Hamabe. Hani menuruni wajah jepang dari Ayahnya.

"Arigatou Gozaimasu, Tachibana-kun." Tutup Hani untuk mengusaikan wawancara.
"Kochirakoso (sama-sama). ah.. Hani, boleh aku panggil begitu?" Tanya Ren.
Deg... Kamisama onegai... (Tuhan tolong)
"Boleh, tentu saja." Jawabnya singkat, Hani masih merasa canggung di hadapan laki-laki itu.
"Ren, panggil aku Ren." Garis wajahnya serius.
"se.. sepertinya itu terlalu cepat, kan? ahaha...." Wajahnya memerah, Hani menutupinya dengan tangan kiri.
"a.. apakah begitu? Saya kira kita bisa menjadi teman dekat." Ujar Ren yang sempat tersipu juga atas sikapnya sendiri.

Apa ini. Apa maksudnya.. Hati Hani bertanya lagi.. Ia dulu tidak cukup dekat dengan teman laki-laki di SMA nya, apakah hanya dirinya yang tidak mengerti jalan pikiran seorang pemuda jepang itu?
Di jepang terdapat kebiasaan memanggil nama belakang untuk hubungan yang tidak terlalu dekat, dan mulai saling memanggil nama depan ketika hubungan mereka sudah dekat. Hani merasa tak masalah Ren atau orang lain memanggilnya siapa, karena dalam aturan pemanggilan nama Indonesia, tidak terdapat makna seperti itu. Tapi, hal yang ia tak mengerti saat ini ialah, Ren meminta Hani memanggil nama depannya, padahal ia baru bertemu 2 kali!

"nee ... coba panggil nama saya". Menatap lekat-lekat wajah Hani.
Deg.. 
"Re.. Ren. Ren-kun." Oh tidak, ia harus memalingkan pandangannya. Menatap matanya itu kesalahan.
"Hai (iya).. Hani. Hmm.. ada beberapa pertanyaan di otakku untukku tanyakan padamu.".

Pertemuan itu berlangsung begitu lama. Ren menanyakan banyak pertanyaan. Mengenai kehidupan Indonesianya, bagaimana caranya ia ke jepang, dan sampai bertemu Fuwari. Ahh.. waktu seperti terhenti di Taman Seirin.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS