Pages

The Day We had Holding on Forever

Selasa, 26 April 2016


Pecah.
Kata itu yang membuat gue menyesal dikemudian hari. Pertengkaran membuat persahabatan gue hancur dan ga bakal bisa dibangun lagi dengan ornag yang sama. Terlambat. Semuanya udah terlambat ketika gue menyadari dulu itu indah. Masa kecil gue yang indah, sia-sia ga gue jaga.

Lo tau apa yang terjadi?

Pas Risa kelas 1 SMA, tiba-tiba Yuki bilang dia mau pindah ke daerah yang jauh. Lupa gue persisnya dimana. Tapi gue tau itu jauh. Malam hari, ruang tamu rumah gue, gue, Risa Yuki, ada dalam satu ruangan itu menyaksikan pernyataan tragedi drama yang memilukan. Menyaksikan kekalahan di medan perang. Kami larut dalam larutnya malam. Mata merah seperti zombie. Wajah basah seperti mandi. Kami larut dalam kesedihan akan ditinggal orang terkasih.

Then, the day is come. Positif. Semua pikiran gue positif. Semua aktivitas positif. Ga ada firasat apa pun. Kurang lebih sampai pukul dua siang, kabar itu datang.

Tok.. tok! "Mba Risa, mba risa!" Seru seorang anak kecil. Tampak suaranya tidak terdengar asing. Risa dan Ibu gue keluar buat melihat siapa yang memanggil. Sementara itu, bodohnya gue.. gue masih di dalam kamar.Ga ngapa-ngapain. Tiduran. SANTAI. Tiba-tiba terdengar suara isak tangis dari pintu depan rumah. Gue keluar kamar dengan bodoh. Sok sok pengen tau APA yang terjadi. Di situ gue lihat.... Risa lagi nangis. Dia tutup wajahnya hingga gue ga bisa lihat jelas ekspresi wajahnya. "Ma, Risa kenapa?" Bodoh betul gue nanya begitu. Gue lihat, seorang kecil itu adalah Dinda, sepupunya Yuki. Yuki.. yuki..._______

Yuki telah meninggalkan kami untuk selamanya.
Entah persahabatan ini bagaimana nantinya. Seiring beranjak usia kami tidak membicarakan hal itu lagi. Hal yang membuat kami menyesal. Tapi gue ingin mengatakan ini ...

"Terima kasih persahabatan kecilku."

*Fin*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS